Knitting: Pengertian, Teknik Dasar, dan Sejarahnya
Merajut, atau knitting, adalah sebuah metode kuno untuk menciptakan kain dengan memanipulasi seutas benang untuk membentuk serangkaian simpul atau loop yang saling terkait. Proses ini secara fundamental dilakukan menggunakan sepasang jarum rajut. Penting untuk membedakan knitting dari kerajinan serupa yang disebut crochet (merenda); jika knitting menggunakan dua jarum untuk menahan banyak simpul aktif sekaligus, crochet umumnya hanya menggunakan satu jarum berkait (hakpen) untuk mengerjakan satu simpul pada satu waktu. Perbedaan mendasar ini menghasilkan kain dengan struktur dan kelenturan yang berbeda.
Secara historis, keunggulan merajut terletak pada portabilitasnya. Tanpa memerlukan alat tenun besar, kerajinan ini menjadi sangat berharga bagi masyarakat nomaden dan non-agraria sebagai cara untuk memproduksi pakaian. Namun, seiring berjalannya waktu, merajut telah berevolusi jauh melampaui fungsi utilitariannya. Kini, merajut tidak hanya menjadi keterampilan praktis untuk membuat pakaian fungsional seperti kaus kaki dan selimut, tetapi juga telah berkembang menjadi hobi yang sangat populer di seluruh dunia, sebuah bentuk ekspresi diri, dan sarana relaksasi yang terbukti efektif untuk mengurangi stres di tengah kesibukan modern.
Perlengkapan untuk Perajut Pemula
Memulai perjalanan merajut tidak memerlukan investasi besar. Dengan beberapa alat sederhana, seorang pemula sudah dapat mulai menciptakan karya pertamanya. Berikut adalah perlengkapan esensial yang dibutuhkan.
- Benang Rajut: Ini adalah bahan utama dalam setiap proyek rajutan. Benang tersedia dalam berbagai jenis serat, masing-masing dengan karakteristik uniknya. Benang dari serat alami seperti wol dan katun sangat cocok untuk pakaian atau selimut karena kelembutan dan kemampuannya untuk “bernapas”. Sementara itu, serat sintetis seperti poliester atau nilon yang lebih kaku dan kuat lebih ideal untuk proyek yang membutuhkan daya tahan, seperti tas atau sepatu rajut.
- Jarum Rajut (Knitting Needles): Alat utama dalam knitting adalah sepasang jarum lurus dengan ujung yang tumpul, berbeda dari hakpen yang memiliki kait di ujungnya. Jarum ini tersedia dalam berbagai material, termasuk kayu, bambu, dan logam, serta dalam berbagai ukuran diameter. Pemilihan ukuran jarum sangat penting dan harus disesuaikan dengan ketebalan benang yang digunakan untuk memastikan hasil rajutan memiliki kerapatan yang diinginkan.
- Alat Bantu: Beberapa alat pendukung akan sangat mempermudah proses merajut. Gunting yang tajam diperlukan untuk memotong benang dengan rapi. Jarum tapestri, yang memiliki lubang besar dan ujung tumpul, sangat penting untuk menyambung panel-panel rajutan dan merapikan sisa-sisa benang di akhir proyek. Terakhir, pita pengukur adalah alat yang tak ternilai untuk memastikan dimensi proyek—mulai dari lebar syal hingga lingkar dada sweater—sesuai dengan pola yang diikuti.
Sejarah Rajut: Dari Timur Tengah ke Eropa
Sejarah awal merajut diselimuti misteri. Asal-usulnya yang pasti tidak dapat dilacak, sebagian besar karena bahan-bahan organik yang digunakan seperti wol, katun, dan sutra sangat mudah membusuk seiring waktu, sehingga hanya menyisakan sedikit artefak bagi para arkeolog untuk dipelajari. Namun, teori yang paling diterima secara luas menempatkan cikal bakal merajut di Timur Tengah. Argumen ini didukung oleh dua bukti kuat: pertama, artefak rajutan paling awal yang ditemukan terbuat dari serat katun dan sutra, yang lebih umum di Timur Tengah daripada wol yang dominan di Eropa pada masa itu. Kedua, teknik merajut yang paling umum dilakukan dari arah kanan ke kiri, sebuah pola yang mencerminkan arah penulisan dalam aksara Arab.Sebelum teknik rajut dua jarum berkembang, terdapat sebuah teknik pendahulu yang dikenal sebagai nålbindning. Banyak artefak kuno yang awalnya dikira sebagai rajutan, seperti fragmen tekstil dari Dura-Europos di Suriah, ternyata dibuat menggunakan metode ini. Nålbindning adalah teknik pembuatan kain yang menyerupai menjahit, menggunakan satu jarum bermata besar untuk menciptakan serangkaian simpul yang saling mengunci. Teknik ini dianggap sebagai cikal bakal langsung dari merajut; diperkirakan pada suatu titik, seorang perajin nålbindning mungkin bereksperimen dengan menambahkan jarum kedua, yang secara bertahap mengarah pada evolusi teknik merajut seperti yang kita kenal sekarang.
Contoh pertama dari rajutan dua jarum sejati yang bertahan hingga kini adalah sepasang kaus kaki katun yang ditemukan di Mesir, berasal dari sekitar abad ke-11 Masehi. Penemuan ini menghadirkan sebuah paradoks yang menarik bagi para sejarawan tekstil. Kaus kaki ini bukanlah karya pemula; sebaliknya, ia menunjukkan tingkat keahlian yang sangat tinggi, menampilkan teknik colorwork (pola multi-warna) yang rumit dan penggunaan tusuk purl—sebuah teknik yang relatif lebih maju daripada tusuk knit dasar. Kompleksitas artefak tertua ini secara kuat menyiratkan bahwa seni merajut telah melalui periode perkembangan yang panjang dan canggih yang, sayangnya, telah hilang sepenuhnya dari catatan arkeologis. Apa yang kita miliki hari ini kemungkinan besar hanyalah puncak gunung es dari sejarah kerajinan yang kaya ini.
Tren Rajutan Eropa
Dari Timur Tengah, teknik merajut menyebar ke Eropa melalui jalur perdagangan Mediterania, dengan Spanyol menjadi gerbang utamanya. Para perajin Muslim yang dipekerjakan oleh keluarga kerajaan Kristen Spanyol menghasilkan beberapa karya rajut Eropa paling awal yang diketahui. Bukti luar biasa ditemukan di makam Biara Santa María la Real de Las Huelgas, di mana sarung bantal dan sarung tangan sutra yang dirajut dengan sangat halus ditemukan di makam Pangeran Fernando de la Cerda, yang wafat pada tahun 1275. Karya-karya ini tidak hanya menampilkan pola geometris yang rumit tetapi juga kaligrafi Arab Kufic yang menyulam kata “berkah” (barokah).
Pada abad ke-14, merajut telah menjadi kerajinan yang populer dan penting di seluruh Eropa. Di Inggris, merajut berkembang menjadi industri rumahan yang vital, terutama di Skotlandia pada abad ke-17 dan ke-18, di mana seluruh anggota keluarga, dari anak-anak hingga orang dewasa, terlibat dalam produksi sweater, kaus kaki, dan aksesori lainnya.
Pentingnya industri wol bagi ekonomi Inggris mencapai puncaknya dengan disahkannya Undang-Undang Cappers tahun 1571 oleh Ratu Elizabeth I. Undang-undang ini merupakan kebijakan proteksionis yang dirancang untuk melindungi produsen topi wol domestik dari persaingan impor. Peraturan ini secara spesifik mewajibkan “semua warga di atas usia enam tahun, kecuali kaum bangsawan,” untuk mengenakan topi wol rajutan buatan Inggris pada hari Minggu dan hari libur, dengan denda bagi yang melanggar. Jenis topi yang paling dipromosikan oleh undang-undang ini adalah “Monmouth Cap,” sebuah topi rajutan tangan yang kemudian di-felt (dipadatkan dengan proses pencucian dan pemukulan) untuk membuatnya tahan air dan cocok untuk cuaca Inggris yang tidak menentu.
Pada abad ke-17, keahlian merajut mencapai tingkat artistik yang baru dengan munculnya jaket wanita yang sangat halus, dirajut dari sutra dan benang berlapis logam. Meskipun motif bunganya yang rumit sering kali membuatnya dianggap sebagai produk Italia, bukti-bukti seperti segel ekspor Inggris yang ditemukan pada beberapa contoh yang masih ada menunjukkan bahwa banyak dari jaket mewah ini sebenarnya diproduksi di Inggris. Jaket-jaket ini adalah bukti keahlian merajut tangan, bukan mesin, karena teknologi pada saat itu belum mampu menciptakan colorwork dua warna atau menggunakan benang logam. Dengan ukuran lingkar dada rata-rata hanya 30 inci, jaket ini jelas dirancang untuk wanita dan dibuat dengan merajut panel-panel persegi panjang secara datar yang kemudian dijahit bersama.
Era Keemasan: Serikat Perajut Pria dan Karya Masterpiece
Pada Abad Pertengahan, merajut di Eropa bertransformasi dari kerajinan domestik menjadi profesi yang sangat terstruktur, terhormat, dan secara mengejutkan, didominasi oleh pria. Para perajut profesional ini mengorganisir diri mereka ke dalam serikat perajut (knitting guilds), yang pertama kali tercatat di Paris pada tahun 1268. Serikat-serikat ini berfungsi untuk menjaga standar kualitas, mengatur perdagangan, dan mengontrol proses pelatihan.
Jalan untuk menjadi seorang master perajut sangatlah panjang dan menuntut. Seorang calon harus menjalani masa magang selama tiga tahun untuk mempelajari dasar-dasar kerajinan. Setelah itu, ia harus melakukan perjalanan sebagai journeyman selama tiga hingga empat tahun lagi, berkelana ke berbagai kota dan negara untuk mempelajari teknik-teknik baru dan pola-pola asing dari para master lain. Puncak dari perjalanan ini adalah pembuatan sebuah “masterwork” atau karya masterpiece. Ini adalah ujian akhir di mana perajut harus menunjukkan penguasaan penuh atas keahliannya dengan menciptakan serangkaian item yang sangat kompleks. Sebuah masterwork tipikal bisa mencakup kemeja wol, sepasang kaus kaki berdesain rumit, topi, dan yang paling mengesankan, sebuah karpet rajutan besar yang bisa melibatkan hingga 20 warna benang berbeda.
Revolusi Industri dan Pergeseran Peran: Mesin, Hiburan, dan Pendidikan
Dunia rajut mengalami guncangan besar pada tahun 1589 ketika seorang pendeta Inggris bernama William Lee menemukan stocking frame, mesin rajut mekanis pertama di dunia. Penemuan ini, yang dirancang untuk mempercepat produksi stoking, menandai tahap pertama dalam mekanisasi industri tekstil dan menjadi cikal bakal Revolusi Industri.
Penemuan mesin rajut secara fundamental mengubah lanskap sosial dan ekonomi kerajinan ini. Seiring dengan meningkatnya produksi massal pakaian rajut oleh mesin, nilai rajutan tangan mulai bergeser. Bagi kalangan atas, merajut tangan tidak lagi dipandang sebagai sebuah profesi atau kebutuhan, melainkan berubah menjadi hobi yang elegan dan menghibur. Wanita-wanita kaya mempraktikkan “fancy knitting,” menciptakan barang-barang dekoratif yang rumit untuk menunjukkan selera dan keterampilan mereka. Sebaliknya, bagi kelas bawah, merajut tangan menjadi sebuah keterampilan subsisten. Panti-panti asuhan dan sekolah-sekolah bagi kaum miskin mulai mengajarkan merajut sebagai cara untuk membekali anak-anak dengan keterampilan yang dapat memberikan mereka penghasilan.
Publikasi dan Pola Rajut di Abad ke-19
Abad ke-19 membawa demokratisasi dalam dunia merajut melalui munculnya pola-pola rajut yang dicetak. Sebelum era ini, pola dan teknik sebagian besar diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan atau melalui tradisi komunitas, menjadikannya pengetahuan yang eksklusif. Namun, dengan kemajuan teknologi cetak, buku-buku dan pamflet pola mulai diproduksi secara massal.
Publikasi seperti Die Kunst zu Stricken (Seni Merajut) di Jerman dan buku-buku karya penulis Inggris seperti Jane Gaugain dan Frances Lambert, yang menerbitkan The Hand-Book of Needlework pada tahun 1842, membuat instruksi merajut yang sebelumnya sulit diakses menjadi tersedia bagi masyarakat luas. Ketersediaan pola cetak ini memicu ledakan kreativitas di kalangan perajut rumahan dan memungkinkan penyebaran gaya dan teknik baru dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Rajut Tangan di Abad ke-20 dan Seterusnya
Memasuki abad ke-20, merajut tangan terus menemukan kembali relevansinya, sering kali sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa besar dunia.
Selama Perang Dunia II, merajut mengalami kebangkitan besar sebagai kegiatan patriotik. Wanita, anak-anak, dan bahkan tentara yang terluka di rumah sakit secara massal merajut kaus kaki, topi, dan syal untuk dikirim ke pasukan di garis depan. Namun, di balik fasad kegiatan domestik ini, merajut juga memainkan peran rahasia sebagai alat spionase. Badan intelijen Sekutu merekrut mata-mata, sering kali wanita tua yang tidak mencurigakan, yang tinggal di dekat jalur kereta api atau pangkalan militer musuh. Mereka menyandikan informasi—seperti pergerakan pasukan atau jadwal kereta—ke dalam pola rajutan mereka. Dengan menggunakan sistem yang mirip dengan kode Morse, tusuk knit bisa mewakili titik dan tusuk purl bisa mewakili garis, menciptakan pesan terenkripsi yang tersembunyi di dalam sehelai pakaian yang tampak biasa.
Pada paruh kedua abad ke-20, setelah perang, rajutan tangan mengalami transformasi lain, kali ini diangkat menjadi bentuk seni adibusana oleh para desainer visioner. Siklus nilai kerajinan ini, dari utilitas menjadi profesi, lalu komoditas, dan penanda kelas, kini kembali ke puncak artistik.
- Kaffe Fassett: Seniman kelahiran Amerika ini merevolusi penggunaan warna dalam rajutan pada tahun 1970-an dan 80-an. Terinspirasi oleh warna-warni cerah pemandangan Skotlandia saat mengunjungi sebuah pabrik wol, ia mulai merancang pakaian dengan pola colorwork yang sangat rumit dan berani, sering kali menggunakan puluhan warna berbeda dalam satu baris. Kolaborasinya yang panjang dengan Rowan Yarns menghasilkan pola-pola ikonik yang mengubah persepsi publik tentang apa yang mungkin dicapai dengan dua jarum dan benang, menginspirasi generasi baru perajut untuk tidak takut bermain dengan warna.
- Patricia Roberts: Desainer Inggris ini diakui sebagai salah satu yang pertama berhasil mengangkat rajutan tangan ke ranah high fashion. Roberts berinovasi dengan menciptakan tekstur tiga dimensi yang unik, seperti motif anggur dan ceri timbul yang menjadi ciri khasnya. Ia juga mendorong industri pemintalan untuk menghasilkan benang yang lebih kreatif dan mewah dari serat alami. Lebih dari itu, ia mengubah cara pola rajut disajikan, menerbitkan buku-buku pola yang difoto dan ditata dengan gaya layaknya majalah mode papan atas, menjadikan rajutan sebagai sesuatu yang aspiratif dan glamor.
Teknik Dasar Rajut untuk Pemula
Pengenalan Dua Teknik Dasar: Knit dan Purl
Seluruh kerumitan dan keindahan kain rajutan dibangun di atas fondasi dua tusuk yang sangat sederhana: tusuk knit (tusuk ke depan) dan tusuk purl (tusuk ke belakang). Tusuk knit menciptakan simpul yang terlihat seperti huruf ‘V’ di sisi depan kain, sementara tusuk purl adalah kebalikannya, menciptakan tonjolan horizontal yang terlihat seperti gelombang atau “kerah turtleneck”. Memahami dan menguasai kedua gerakan dasar ini adalah kunci untuk membuka kemungkinan tak terbatas dalam merajut, karena setiap pola tusuk yang ada di dunia, betapapun rumitnya, hanyalah kombinasi dari kedua tusuk ini.
Tujuh Jenis Tusuk Rajut Dasar yang Perlu Diketahui Pemula
Dengan mengombinasikan tusuk knit dan purl dalam urutan yang berbeda, seorang perajut dapat menciptakan beragam tekstur. Berikut adalah tujuh pola tusuk dasar yang menjadi fondasi penting bagi setiap pemula.
1. Garter Stitch
- Deskripsi: Ini adalah pola paling dasar dan paling mudah dalam merajut, dibuat hanya dengan melakukan tusuk knit di setiap baris.
- Hasil: Pola ini menghasilkan kain yang tebal, empuk, sangat elastis, dan sepenuhnya reversibel (tampak identik di kedua sisi) dengan tekstur berupa garis-garis horizontal yang menonjol. Keuntungan utamanya bagi pemula adalah kain ini tidak menggulung di bagian tepinya, menjadikannya pilihan ideal untuk proyek pertama seperti syal, lap piring, atau selimut.
2. Stockinette Stitch
- Deskripsi: Ini adalah pola rajutan yang paling klasik dan dikenal luas, menciptakan tampilan “sweater” yang ikonik. Pola ini dibuat dengan mengganti baris knit dan baris purl.
- Hasil: Kain yang dihasilkan memiliki dua sisi yang berbeda: sisi depan (right side) yang halus dengan pola ‘V’ yang rapi, dan sisi belakang (wrong side) yang bergelombang dengan tonjolan-tonjolan purl. Kain ini lentur dan memiliki drape (jatuh kain) yang indah, cocok untuk pakaian seperti sweater. Namun, perlu dicatat bahwa stockinette stitch memiliki kecenderungan kuat untuk menggulung di keempat sisinya, sebuah tantangan umum bagi pemula.
3. Lined Stockinette Stitch (Double Stockinette Stitch)
- Deskripsi: Sering disebut Double Stockinette Stitch, pola ini adalah solusi canggih untuk masalah kain yang menggulung. Teknik ini secara cerdik menciptakan kain dua lapis yang menyatu, dengan tampilan stockinette yang halus di kedua sisinya.
- Hasil: Kain yang dihasilkan sangat tebal, empuk, hangat, dan sepenuhnya reversibel. Karena strukturnya yang berlapis ganda, kain ini sama sekali tidak menggulung dan memiliki tampilan yang sangat profesional. Kelemahannya adalah teknik ini membutuhkan benang hampir dua kali lebih banyak dibandingkan stockinette biasa.
4. Rib Stitch (Tusuk Iga)
- Deskripsi: Dibuat dengan mengganti tusuk knit dan purl secara teratur dalam baris yang sama, menciptakan kolom-kolom vertikal yang menonjol.
- Hasil: Kain yang dihasilkan sangat elastis, rata, dan reversibel. Karena elastisitasnya yang tinggi, tusuk ini sangat umum digunakan untuk bagian tepi pakaian seperti kerah, manset pada lengan sweater, dan bagian pinggang topi agar dapat meregang dan pas di badan tanpa menjadi longgar.
5. Seed Stitch (Tusuk Biji Padi) dan Moss Stitch (Tusuk Lumut)
- Deskripsi: Kedua pola ini menciptakan tekstur “bumpy” atau berbintik yang indah dan padat, serta menghasilkan kain yang rata dan tidak menggulung. Namun, penamaan kedua tusuk ini sering kali menimbulkan kebingungan karena terminologi yang digunakan di Inggris (UK) dan Amerika Serikat (US) berbeda. Tabel di bawah ini mengklarifikasi perbedaan tersebut berdasarkan terminologi AS yang lebih umum digunakan dalam pola modern.
6. Waffle Stitch
- Deskripsi: Sesuai namanya, pola pengulangan 4 baris ini menciptakan tekstur kotak-kotak tiga dimensi yang dalam dan empuk, sangat mirip dengan permukaan wafel sarapan.
- Hasil: Kain yang dihasilkan tebal, bertekstur, dan sangat menyerap cairan, menjadikannya pilihan yang sangat baik untuk selimut bayi, handuk dapur, atau lap piring.
Kesimpulan
Perjalanan melalui sejarah dan teknik dasar merajut mengungkapkan sebuah kebenaran yang sederhana namun mendalam: dari dua gerakan dasar—knit dan purl—terbentang sebuah alam semesta kreativitas yang tak terbatas. Setiap syal, sweater, atau selimut yang pernah dibuat adalah manifestasi dari kombinasi kedua tusuk fundamental ini. Bagi seorang pemula, pemahaman ini seharusnya menjadi sumber pemberdayaan yang luar biasa, menyadari bahwa dengan menguasai alfabet dasar ini, mereka memegang kunci untuk menciptakan hampir semua tekstur dan kain yang dapat dibayangkan.
Seperti halnya keterampilan lainnya, kunci untuk menjadi perajut yang mahir adalah latihan. Jangan takut membuat kesalahan; setiap tusukan yang terlepas atau baris yang salah hitung adalah bagian dari proses belajar. Merajut adalah sebuah perjalanan kesabaran dan penemuan. Setelah merasa nyaman dengan teknik-teknik dasar, jangan ragu untuk bereksperimen. Cobalah menggabungkan garter stitch dengan stockinette stitch, atau membuat panel seed stitch di tengah-tengah kain rib stitch. Dengan bereksperimen, Anda tidak hanya mengasah keterampilan tetapi juga mulai menemukan suara artistik Anda sendiri dalam dunia benang.
Di era digital ini, merajut tidak lagi harus menjadi hobi yang soliter. Terdapat komunitas perajut global yang dinamis dan suportif di berbagai platform media sosial. Bagikan foto proyek pertama Anda, ajukan pertanyaan, dan rayakan pencapaian Anda bersama orang lain. Dengan membagikan hasil karya Anda, Anda tidak hanya mendapatkan umpan balik dan dorongan semangat, tetapi juga menjadi bagian dari tradisi panjang berbagi pengetahuan yang telah menjaga kerajinan ini tetap hidup dan berkembang selama berabad-abad. Ambil jarum dan benang Anda, dan mulailah merajut cerita Anda sendiri.
